Sebuah Cerpen karya Nurlaila Sarah Fatimah
Kristi,, begitulah gadis ini biasa
dipanggil oleh teman-teman dan tetangganya. Mungkin pertama kali
mendengar nama ini kita segera terbayang bahwa gadis berkulit putih, bermata sipit dengan
tinggi badan 158 cm ini beragama kristen.
Nama
lengkapnya adalah Sarah Kristiani, sebuah nama pemberian Ayah dan Ibu yang
sangat dicintainya. Arti dari nama itu sendiri sebetulnya sangat sarat makna.
“Sarah”, nama yang banyak digunakan di Timur Tengah adalah serapan dari bahasa
Ibrani “sa’rah” memiliki arti “pemimpin wanita”. Sedangkan “Kristiani” tentulah kita dapat
menebaknya bahwa kata ini berasal dari kata Kristen. Jadi, arti keseluruhan
dari nama tersebut adalah “Pemimpin wanita Kristiani”.
Gadis keturunan Batak dan Tionghoa ini
terlahir di keluarga penganut agama Kristen yang ta’at. Sejak kecil dia selalu
didekatkan dengan gereja dan bergaul pun dengan orang-orang gereja. Bahkan,
Ayahnya sempat merencanakan bahwa Kristi akan dimasukan ke sekolah biarawati
yang nantinya akan menjadi seorang biarawati. Namun, Kristi yang cerdas dan
kritis menolak rencana ayahnya tersebut.
“Aku mulai
ragu dengan semua ini..” ucap Kristi dalam hatinya. Keresahan hatinya ini terjadi
sejak ia membaca sebuah artikel tentang islam. Ia rupanya tertarik dengan
ajaran islam, sampai pada akhirnya Ia iseng-iseng membuka Al-Qur’an terjemahan
di perpustakaan sekolah. Air matanya meleleh saat membaca kandungan Al-Qur’an.
Karena
sangat tersentuh dengan kandungan Al-Qur’an yang dibacanya, Kristi pun
berkonsultasi dengan guru agama islam di sekolah. “Pak,, saya boleh minta waktu
sebentar?” Tanya Kristi Pada Pak Hasan. Lantas, Pak Hasan pun kaget karena
jarang sekali ada siswa non-islam yang mendatanginya. “Oh iya, namamu siapa dan
kelas berapa?” Ujar Pak Hasan. “Saya Kristi kelas XII IPA 1. Saya ingin bertanya mengenai agama islam pak..”
Kristi melanjutkan. “Oke, kita ngobrol di depan masjid ya..” Jawabnya. Perbincangan
mereka berlangsung cukup lama, sejak bel pulang sekolah pukul 10.00 WIB sampai
pukul 15.00 dengan dipotong shalat zuhur dan makan siang. Hari itu memang
sedang ujian tengah semester, sehingga sekolah selesai lebih awal.
“Terima
kasih atas waktunya pak, saya sudah dijemput pulang.” Kristi pun pamit pulang
setelah merasa puas bertanya tentang islam pada Pak Hasan. “Kalo kamu mau
bertanya lagi tidak usah sungkan, datangi saja Bapak di ruang guru.” Sambil
menutup mushaf, Pak Hasan menawarkan kesediaannya menjadi sumber informasi.
Hidayah oh
hidayah, memang datang tak diduga-duga. Ternyata Kristi yang berasal dari
penganut agama Kristen yang ta’at ini dengan keberanian penuh berhijrah pada
agama islam. Di usia 17 tahun, tepat di
hari ulang tahunnya dia mengucapkan dua kalimat syahadat di depan jama’ah
masjid Al-Hidayah.
Berita
keislamannya sempat menghebohkan seisi komplek tempat Ia tinggal. Bahkan ia pun
mendapat cekalan keras dari keluarga dan teman-temannya. Ayah dan Ibu yang
selama ini mendidiknya pun turut menentang keislamannya. Namun, pada akhirnya
sang Ibu mendukung Kristi meskipun ia sendiri masih menganut agama Kristen.
Berbeda dengan Ayahnya yang tak henti-hentinya mencekal keislaman Kristi,
sampai pernah melayangkan tamparan di pipi putih Kristi. Cacian dan makian dari
ayahnya sendiri menjadi makanan sehari-hari bagi Kristi, tapi dia tetap
memperlakukan ayahnya dengan sangat baik
dan penuh kasih sayang.
“Dasar anak
tak tau diuntung..”Teriak Ayah dengan suara yang memekik telinga.
“Sudahlah
Yah,, walau bagaimana pun Kristi kan anak kita..” Ibu berusaha menenangkan.
“Ayah, aku
tetap sayang sama Ayah..”Ujar Kristi.
“Kalau
sayang sama Ayah, kamu harus kembali ke agama kita.”Balas Ayah
Dengan
keimanan yang teguh, bagaimana pun orang lain membujuk, keislamannya tak akan
pernah goyah. “Maafkan Kristi Ayah, tidak bisa..”
Karena tak
tega melihat anak semata wayangnya menjadi bulan-bulanan Sang Ayah, akhirnya
Ibu merelakan anaknya untuk pindah dari rumah ke rumah temannya yang bernama
Aisyah di daerah Bogor. Di rumah sederhana ini Ia dibantu Aisyah mempelajari
islam lebih dalam. Mereka sangat akrab dan sudah seperti keluarga sendiri. Oh
ya,, Aisyah adalah anak seorang pedagang
sayur, sedangkan ibunya berprofesi sebagai penjahit. Meskipun hidup dengan
sangat sederhana, Aisyah dan keluarganya sangat bahagia dan menerima Kristi
sebagai keluarga.
Kristi memang
cerdas, akhirnya Ia mendapatkan beasiswa di salah satu kampus negeri di Kota
Bogor. Di saat yang sama Aisyah pun mendapatkan beasiswa serupa, dengan program
study yang berbeda. Prestasi mereka sangat gemilang di kampus, begitupun dengan aktivitas mereka di organisasi
keislaman di kampus.
Sepulang
kuliah, Ia tak sengaja bertemu dengan seorang wanita paruh baya lagi janda yang
sedang menangis. “Ibu, kalau boleh tahu mengapa Ibu menangis?” Tanya Kristi. “Ibu
sedang bingung Neng,, surat tanah rumah ibu mau disita kalau tidak mampu
membayar hutang ke Bank keliling sampai bisa membayar dan itu pun dengan bunga yang
terus bertambah.”Jawab ibu sambil terisak-isak.
Kristi
terdiam lalu bertanya kembali, “Memang hutangnya berapa bu?”
“500 ribu Neng,
tapi ditambah bunga jadi 1 juta.”Jawabnya.
“Astagfirullah,,
itu kan riba, haram bu..”Papar Kristi.
“Ibu tidak mengerti
masalah itu Neng, kalaupun mengerti Ibu tidak akan pinjam uang ke
situ.”Sahutnya sedih.
Kristi merasa
miris mendengar ceritanya, tak panjang kata ia pun segera mengeluarkan uang 1
juta rupiah yang telah disisihkan dari beasiswa untuk melunasi hutang si Ibu.
“Ini bu,, semoga bermanfaat.” Sambil
menyodorkan uang. “Ayo saya antar Ibu untuk bayar hutangnya.”Lanjut Kristi.
“Ya Allah,, Ibu
jadi menyusahkan Neng,, terima kasih ya Neng,, mudah-mudahan hidup Eneng
berkah..”Kata si Ibu. Mereka pun berjalan menuju rumah petugas Bank keliling.
Setelah
selesai melunasi hutang si Ibu, Kristi pun mencari informasi terkait
pinjam-meminjam yang dilakukan Bank keliling tersebut. Di tengah pencariannya
akan Bank keliling, Ia mendapati beberapa orang yang meminjamkan uang tapi
dengan penambahan bunga. Ternyata masih banyak masyarakat yang belum mengerti
tentang hukum riba meskipun mereka beragama islam.
Sebagai
muslimah yang peduli dengan nasib umat islam, Ia akhirnya berusaha mencari
solusi dengan berdiskusi dengan Aisyah dan beberapa temannya di organisasi
islam kampus.
Diskusi
sudah dilakukan dan tinggal melakukan aksi nyata. Kristi dengan dibantu
beberapa temannya turun ke kampung-kampung untuk memberikan penyuluhan mengenai
bahaya riba dan pendekatan pada masyarakat agar tidak tergoda meminjam uang
pada rentenir dan sejenisnya. Selain itu mereka pun memberikan bantuan dana dan
pinjaman bebas bunga yang bersumber dari donator dan hasil usaha mandiri.
“Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Allah pun melaknat orang-orang
yang meminjamkan, meminjam, bahkan yang terkait dengan harta riba…...”Inilah
yang disampaikan Kristi saat menerangkan bahaya riba pada masyarakat.
Apa yang
dilakukan Kristi dan beberapa temannya tersebut ternyata tidak disukai oleh si
pemilik usaha ribawi ini, bahkan sempat diancam dengan pisau. Namun hal ini tak
menyurutkan niat pemuda dan pemudi muslim ini dalam memperbaiki masyarakat agar
terhindar dari yang haram, khususnya riba.
Suatu malam
di jalan menuju rumah, Kristi pulang sendiri karena Aisyah sakit dan tidak bisa
ke kampus. Saat itu lima sosok pria bertopeng dan berbaju hitam menyergapnya dari
belakang. Ia pun diculik dan dibawa jauh ke sebuah gudang kosong berbentuk
rumah panggung di pelosok kampung. Ia tak mampu melawan karena seluruh tubuhnya
langsung di ikat tali kencang.
Setelah
sadar bahwa Ia diculik, lantas Ia pun berusaha melepaskan diri dari ikatan yang
menghambat geraknya. Berbagai cara dilakukan, namun sia-sia karena badannya
terlalu lemas tak berdaya. Satu yang tak henti dilakukannya, yaitu berdo’a. Ia
sadar betul bahwa do’a adalah senjata muslim.
Tak lama,
masuklah lima pria yang menculiknya beserta satu wanita berbaju merah yang berperawakan
kasar dan tambun. Kristi ternyata mengenal sosok tersebut.
“Hei,
muslimah sok sholehah,, sekarang baru tahu rasa kamu ya..Makanya, jangan berani
meracuni masyarakat dengan dakwah kamu itu”Kata wanita berbaju merah tersebut
seraya melepaskan penutup mulut yang menempel di mulut Kristi.
“Saya hanya
menyampaikan kebenaran..”Jawab Kristi tegas.
“Diam!!!
Gara-gara kamu penghasilan saya merosot drastis, tidak ada yang pinjam uang
lagi dari saya.”Potong si wanita berbaju merah.
“Yang Anda lakukan itu diharamkan oleh Allah, itu
riba.. dan sangat dibenci oleh Allah.”Ucap Kristi berusaha menjelaskan.
“Saya tidak peduli akan hal itu.. Selamat menghabiskan
sisa hidupmu di sini.. Tak aka nada yang bias menolongmu, karena gudang ini
jauh dari rumah warga.. Ha..ha..ha..”Ancam wanita itu, lalu kembali menutup
mulut Kristi dengan lakban hitam.
Sudah tiga hari Kristi terkurung di gudang kosong
tersebut, sedangkan tubuhnya bertambah lemas. Yang sanggup dilakukannya adalah
berdo’a agar Allah menyelamatkannya. Sungguh luar biasa gadis ini, meskipun
menderita Ia tak merasa menyesal telah mendakwahkan tentang riba, Ia niatkan
untuk Allah dan jihad. Ia sesekali tertidur dan bermimpi. Ia bermimpi bertemu
dengan ibunya yang berkata, “Hentakkan kakimu Nak…” Mimpi yang terjadi
berulang-ulang.
“Ibu..ibu..tolong…”Teriak Kristi dalam mimpi. Ia pun
terbangun dan shalat dengan gerakan sebisanya. Setelah berdo’a Ia mengingat
pesan Ibunya dalam mimpi, lalu kakinya mulai dihentakkan ke bawah
berulang-ulang.
Ternyata tanpa diduga, lantai gudang kosong berbentuk
rumah panggung tersebut mulai berlubang, hingga rapuh di beberapa bagian. Ia
pun terjatuh ke bawah rumah panggung, tak lama Ia berhasil melepaskan ikatan
tali yang terlilit. Tanpa pikir panjang, Kristi berlari mencari pertolongan dan
sampailah di masjid kampung. Di sana Ia berjumpa dengan seorang marbot, lalu
menceritakan semua yang terjadi.
Keesokan harinya mereka langsung melapor kasus
penculikan ke pihak kepolisian dan menyerahkan beberapa barang bukti yang
berhasil dibawa dari gudang tempat penyekapan. Ia yakin bahwa Allah akan
menolongnya keluar dari permasalahan tersebut.
Setelah beberapa bulan kasus itu pun terbonkar, para
pelaku termasuk wanita rentenir berbaju merah itu pun dijebloskan ke dalam
penjara.
Kristi akhirnya dijemput pulang oleh Ayah dan ibunya,
yang ternyata sudah bersyahadat juga. Ungkapan syukur tak henti-hentinya Ia
ucapkan. Tak lupa Ia pun ucapkan terima kasih pada sahabatnya “Aisyah”.
Kristi yang kini telah berganti nama menjadi Sarah
Islamia telah membuktikan kesungguhannya sebagai muslimah dalam memberantas
kemaksiatan dan kemunkaran. Dengan gelar muslimah yang disandangnya memberikan
kekuatan yang luar biasa kala ujian menghampirinya, kekuatan itu bersumber dari
yang tidak ada duanya, Cintanya yang hakiki, yaitu kekuatan Allah SWT.
Dia bertekad untuk menjadi muslimah yang sholehah dan
berdaya guna bagi masyarakat, demi tegaknya panji islam.